Kamis, 21 Februari 2013

Mencontek

Rani segera membereskan buku-bukunya di atas meja setelah bel berbunyi dan Bu Wati keluar dari kelas.
"Ran, mau kemana? Kok buru-buru banget?" tanya Sonya.
"Iya nih. Soalnya ada tes di tempat les Bahasa Inggris. Harusnya sih tesnya tadi jam 9, tapi kan masih sekolah, jadi aku izin buat tes habis pulang sekolah."
"Hm.. Gitu ya... Semangat deh, semoga dapat nilai A++++ hahahaha."
"Sembarangan, emang ada nilai A++++? Hahaha.. Makasih yaaa. Aku duluan. Dah."
"Dadah."

Rani pun melangkahkan kakinya ke parkiran sekolah. Ia segera menuju ke tempatnya memarkir mobil. Ia menyalakan mesin mobilnya, dan melaju menuju rumahnya.

10 menit kemudian, Rani sudah sampai di rumahnya. Mamanya menyambutnya di depan pintu.

"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam. Tumben pulang cepat. Gimana sekolahnya tadi, Ran?" tanya Mamanya.
"Hm.. Biasa aja sih."
"Oh iya, nanti kamu mau tes di tempat les Bahasa Inggris, 'kan?"
"Iya. Ini makanya aku pulang cepat supaya ga terlambat nanti."
"Ya udah, kamu bersih-bersih badan dulu deh. Baru habis itu makan, terus baru pergi ke tempat les. Ya?"
"Iya."

Rani lalu berlari ke kamarnya. 5 menit kemudian, ia turun dan berpakaian seadanya, lalu menyantap makanan yang disediakan Mamanya.

"Ran, nanti mau Mama antar atau pergi sendiri aja?"
"Pergi sendiri aja deh, Ma. Soalnya nanti aku juga mau ke toko buku."
"Hm.. Ya udah. Sukses ya nanti tesnya. Anak Mama kan pinter."
"Iya, pasti dong hahaha. Udah ya, Ma. Aku berangkat dulu. Nanti takut terlambat. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati ya, Ran."
"Iya."

Rani segera memacu mobilnya ke tempat lesnya. Jarak tempat les tersebut dengan rumahnya tidak terlalu jauh. Apalagi dengan jalanan yang cukup lengang hari ini, ia akan mencapai tempat tersebut kurang dari 10 menit.

Setelah memarkir mobilnya, Rani kemudian masuk ke tempat lesnya. Staf yang duduk di meja depan sudah mengenal Rani, dan ia mempersilahkan Rani untuk masuk ke ruangan yang telah ditentukan. Ketika Rani masuk, ternyata ada seorang laki-laki di dalam ruangan itu. Laki-laki itu tentu bukan guru atau staf di tempat les tersebut, karena ia tidak memakai seragam. Ia pasti salah satu siswa disini yang mau ikut tes, pikir Rani. Rani pun duduk di dekat laki-laki tersebut.

5 menit kemudian, seorang guru masuk. Ia memberikan instruksi dan tata tertib saat tes. Rani melakukan semua yang telah dijelaskan guru tersebut. Setelah Rani dan laki-laki asing tersebut siap, tes pun dimulai. Tes pertama adalah tes listening. Rani mendengarkan dengan seksama kaset yang dimainkan di radio.

25 menit berlalu. Kaset sudah berhenti, pertanda tes listening telah selesai. Selanjutnya adalah tes structure. 20 nomor pertama Rani tidak terlalu mendapat kesulitan, namun di nomor-nomor berikutnya Rani menjadi semakin bingung. Apalagi, ada beberapa kata yang ia tidak tahu artinya. Tanpa sengaja, ia melihat ke arah laki-laki yang bersamanya di ruangan itu. Saat itu memang tidak ada yang mengawasi tes yang mereka laksanakan. Rani melihat laki-laki itu sedang mengutak-atik HP-nya. Rani tidak tahu pasti apa yang dilakukan laki-laki itu dengan HP-nya. Mungkin ia sedang mengirim pesan kepada temannya, mengirim BBM, atau mungkin......mencontek? Rani langsung mengusir pikiran tersebut. Ia berusaha berpikir positif bahwa laki-laki itu hanya sedang mengirim SMS atau sebagainya.

5 menit berlalu. Tiba-tiba Rani melihat gerak-gerik laki-laki yang bersamanya itu. Rani meliriknya lagi. Dan iya, laki-laki itu masih mengutak-atik HP-nya. Rani menyelidiki laki-laki itu. Ternyata, laki-laki itu mengutak-atik HP-nya sambil sesekali melihat ke soal tes. Rani merasa curiga, mungkin benar bahwa laki-laki ini memang mencontek. Rani merasa jengkel bercampur kesal karena ia tidak suka dengan ketidakadilan seperti ini. Ia telah bersusah payah belajar dan berusaha untuk mendapatkan skor yang bagus, di sampingnya malah ada orang yang seenaknya saja mengerjakan soal sambil melihat terjemahan di HP-nya. Huuhhh... Sebel!!! umpat Rani dalam hati.

Rani sebenarnya ingin menegur orang tersebut, tapi ia mengurungkan niatnya. Ia mencoba untuk tetap fokus pada tes tersebut dan menjernihkan pikirannya agar tidak terbuyarkan oleh hal memalukan yang dilakukan laki-laki tersebut. Jujur, Rani memang tidak pernah mencontek, tapi ia pernah sesekali bertanya kepada temannya. Itu pun hanya 2 kali ia lakukan, saat ulangan Fisika ketika ia memang tidak belajar sama sekali pada malam hari sebelumnya, dan pada saat ulangan Sejarah ketika ia memang tidak tahu menahu tentang soal yang diberikan, dan tentu saja Rani tidak mungkin mengarang bebas pada ulangan Sejarahnya, 'kan?

Rani pun kembali berkonsentrasi pada kertas soalnya. Akhirnya, setelah mengalami perdebatan yang cukup sengit antara pikiran (karena pusing memikirkan jawaban) dan perasaan (karena jengkel melihat orang lain mencontek), tes tersebut kemudian selesai. Rani langsung turun dan menuju ke mobilnya. Saat berada di mobil, Rani berniat untuk tidak pulang ke rumah dulu. Ia pergi ke sebuah cafe yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat lesnya tadi.

Di sana, ia memesan segelas hot chocolate sambil mendengarkan lagu Fix You dari Coldplay di iPod-nya. Kemudian, kejadian saat tes tadi terbersit di benaknya. Ternyata begini ya perasaannya orang yang ga nyontek tapi liat orang lain nyontek... Katanya dalam hati. Rani merasa bahwa ia telah salah saat mencontek di ulangan Fisika dan Sejarah. Rani merasa bahwa mencontek bukan jalan pintasnya. Lebih baik ia mendapatkan nilai jelek bila memang itu yang benar-benar ia kuasai, daripada nilai bagus tapi ternyata dia tidak mengerti apa-apa.

Setelah itu, Rani tergugah untuk berusaha keras dan selalu belajar untuk menghadapi tes-tes atau ujian-ujian yang akan ia lalui. Bukan malah membuat "pelampung" atau bergantung pada contekan. Ia rasa, semua itu akan berbuah indah pada akhirnya. Makasih ya Mas, karena kamu saya jadi sadar nyontek itu salah, dan saya ga mau nyontek lagi hehehe.. Kata Rani dalam hati sambil tersenyum dan berlagak seperti berbicara kepada orang yang mencontek di tempat lesnya tadi.