Minggu, 22 Juli 2012

Si Ibu Yang Baik Hati

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Kali ini, saya akan mempost sebuah cerita. Cerita ini bukan hasil karya saya, tapi saya dapat dari seseorang *lupa lewat apa, tapi kalau tidak salah saya membacanya di sebuah majalah*. Yang penting, menurut saya cerita ini sangat menyentuh.

            Jadi, di suatu kampung ada sebuah keluarga. Ada seorang ibu, seorang bapak *tentu saja*, dan seorang anak laki-laki. Kehidupan mereka tidak mewah, tapi juga tidak miskin, ya cukup sederhana. Kehidupan mereka juga cuku harmonis, jarang ada pertengkaran yang terjadi. Si Ibu bekerja sebagai buruh cuci di rumah-rumah tetangganya, dan si Bapak bekerja sebagai nelayan.
            Anak mereka juga sekolah. Tiap hari, ketika anaknya sekolah, si Bapak langsung pergi ke laut juga untuk mencari ikan. Sedangkan si Ibu tinggal di rumah untuk mengurus rumah sekalian mencuci pakaian. Ketika si Bapak pulang, kadang hasil yang didapat banyak, kadang juga sedikit. Kalau banyak, akan dijual di pasar dan juga disisakan untuk makan keluarganya. Kalau sedikit, ikan-ikan itu tidak akan dijual, tapi langsung dimakan. Jadi, bisa dibilang keluarga ini memakan ikan hampir setiap hari.
            Nah, cerita dimulai disini. Si Ibu, yang tentu saja memasak makanan untuk keluarganya ini, sangat baik. Makanan yang mereka makan bisa dibilang tidak terlalu memenuhi untuk mereka bertiga. Jadi, apabila makanan telah siap, si Ibu dengan baik hati menyuruh si anak dan si Bapak untuk memakan ikan-ikan atau lauk yang dihidangkan. Sedangkan, si Ibu nantinya hanya memakan kepala ikannya. Si Ibu melakukan hal tersebut karena kasihan melihat si Bapak yang sangat lelah karena telah melaut selama berjam-jam, dan juga kasihan melihat si anak yang telah bersusah payah belajar tekun di sekolah.
            Lama-kelamaan, kebaikan si Ibu ini menjadi kebiasaan. Jika mereka sedang menyantap ikan, si anak dan si Bapak akan memakan daging ikannya, sedangkan si Ibu hanya memakan kepala ikan yang disisakan untuknya. Hingga suatu hari, si Ibu berulang tahun. Si anak dan si Bapak berencana untuk memberikan hadiah untuk si Ibu. Mereka berfikir hal apa yang paling disukai si Ibu. Lalu, mereka pun mendapatkan jawabannya dan mencari barang tersebut.
            Setelah mendapatkan barang tersebut, si anak dan si Bapak pun memberikannya kepada si Ibu. Si Ibu sangat senang karena ternyata si anak dan si Bapak masih mengingat ulang tahunnya, dan bahkan sampai memberikannya hadiah. Kemudian, si Ibu pun membuka hadiah tersebut. Alangkah terkejutnya si Ibu ketika mendapati bahwa hadiah yang diberikan oleh anak dan suaminya adalah kepala ikan.
            Si Ibu kemudian menangis tersedu-sedu akan hal itu. Si anak dan si Bapak bingung, mengapa si Ibu menangis. Si Ibu kemudian bertanya mengapa si anak dan si Bapak memberikannya hadiah berupa kepala ikan. Kemudian, si anak menjawab bahwa mereka memberikan kepala ikan karena mereka mengira ibunya menyukai kepala ikan, karena setiap kali mereka memakan ikan, ibunya hanya akan memakan kepalanya, sedangkan dagingnya untuk ia dan bapaknya. Lalu, si Ibu berkata bahwa sebenarnya ia tidak mau memakan kepala ikan. Ia juga mau memakan daging ikan. Namun, ia kasihan melihat anak dan suaminya kelelahan karena telah bekerja dan sekolah. Namun, ternyata anak dan suaminya menganggap lain akan kebaikannya. Sebenarnya, is juga sangat lelah dan capek. Banyak pakaian yang harus ia cuci. Belum lagi, ia harus membersihkan rumah, dan juga mengurusi yang lain. Si Ibu sebenarnya cukup kelaparan, dan sangat ingin memakan ikan tersebut. Tapi, ia rela melakukan semuanya demi membahagiakan suami dan anaknya.
            Lalu, si anak dan si Bapak pun menyadari akan hal itu. Mereka mengira bahwa hal yang dilakukan oleh si Ibu adalah hal yang benar-benar ia cintai. Namun, ternyata tidak.

Yap, memang kadang kita mengira bahwa seseorang melakukan apa yang ia senangi atau melakukan kebaikan karena memang ia sebetulnya begitu. Namun, ternyata sebenarnya mereka melakukan hal tersebut agar orang lain bahagia. Dan, kita pun mengartikan kebaikannya dengan salah. Sekian post saya. Mohon maaf jika bahasanya kurang ber-EYD . Terima kasih. Wassalamu’alakikum Wr. Wb.
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Kali ini, saya akan mempost sebuah cerita. Cerita ini bukan hasil karya saya, tapi saya dapat dari seseorang *lupa lewat apa, tapi kalau tidak salah saya membacanya di sebuah majalah*. Yang penting, menurut saya cerita ini sangat menyentuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar